Menggagas Sekolah Ramah Guru, Kenapa Tidak?
Istilah Sekolah Ramah Guru mungkin terdengar asing ditelinga kita. Tapi itulah kondisi ideal yang selama ini diharapkan oleh kebanyakan pendidik. Sekolah ramah guru bukanlah sekolah yang memberikan gaji yang sangat besar kepada guru-gurunya. Besar atau kecilnya gaji yang diterima oleh guru tergantung dari cara bagaimana dia mensyukurinya. Faktanya, tidak sedikit guru-guru yang sudah tersertifikasi maupun berstatus PNS tetap saja merasa kekurangan.
Bahkan berdasrkan penelitian yang dilakukan oleh Bank Dunia yang berjudul ”Spending More or Spending Better: Improving Education Financing in Indonesia”, program sertifikasi pendidik yang dilakukan di Indonesia tidak berbanding lurus dengan peningkatan kinerja pendidik yang bersangkutan. Artinya, program sertifikasi yang selama ini diluncurkan baru mampu meningkatkan “taraf hidup” pendidik dan meningkatkan minat masyarakat untuk terjun menjadi tenaga pendidik.
Dalam pandangan penulis, sekolah ramah guru adalah sekolah yang mampu memenuhi kebutuhan guru dalam rangka kesuksesan proses pembelajaran. Sekolah ramah guru adalah sekolah yang berupaya menyediakan sarana belajar dan media pembelajaran yang memadai demi kesuksesan proses belajar mengajar ditengah keterbatasan yang ada. Selain itu, program pembinaan para guru yang dilakukan secara rutin dalam rangka penigkatan kompetensi kependidikan dalam bentuk seminar maupun upgrading guru merupakan agenda rutin yang dimiliki oleh sekolah semacam ini.
Tak sampai disitu, pendidikan karakter bagi tenaga pendidik pun seolah menjadi rutinitas yang wajib dilakukan oleh semua guru dalam rangka menjaga perilaku para guru agar tidak terjerumus kedalam perilaku-perilaku yang menyimpang. Adanya kasus-kasus pelecehan seksual yang dilakukan oleh para guru seperti yang terjadi dibeberapa sekolah bisa jadi karena guru dianggap orang yang sudah dewasa sehingga tidak lagi memerlukan proses pendidikan karakter. Adapun bentuk kegiatan pendidikan karakter ini salah satunya dalam bentuk siraman rohani setiap pekan seperti yang sudah dilakukan oleh beberapa sekolah, khususnya yang berbasis Sekolah Islam Terpadu.
Ciri lain sekolah ramah guru adalah tersedianya ruang perpustakaan yang dilengkapi dengan koleksi buku-buku yang bertemakan kependidikan. Sekolah ramah guru tidak akan ragu untuk berinvestasi Sumber Daya Manusia dalam bentuk pengadaan buku-buku terbaru yang diterbitkan setiap tahun.
Adapun untuk evaluasi kinerja pendidik, sekolah semacam ini memberlakukan Penilaian Berbasis Kinerja (PBK). Setiap semester, tidak hanya siswa yang menerima Raport, tapi juga para guru. Dengan adanya raport guru ini, sekolah bisa melihat progress report para guru selama bekerja disekolah tersebut sehingga sekolah dapat memberikan arahan-arahan untuk memperbaiki kinerjanya dimasa yang akan datang.
Berdasarkan gambaran diatas, pada akhirnya Sekolah Ramah Guru pun tidak hanya sekedar menjadi slogan yang dibuat untuk menaikkan pamor sekolah tertentu namun ditujukan untuk menciptakan proses pembelajaran yang bermutu.
Sumber: http://www.pancingkehidupan.com